Paparannya disambut positif oleh para peserta konferensi, termasuk pakar obstetri dan ginekologi dari berbagai provinsi serta perwakilan akademisi dari luar negeri. Antusiasme peserta menunjukkan bahwa inovasi yang digagas Wahdi dianggap menjawab kebutuhan sistemik di bidang pelayanan kesehatan ibu dan anak.
KOGI XIX dihadiri ratusan dokter dari seluruh Indonesia, dan menjadi ajang pengukuhan bagi 200 dokter baru sebagai spesialis obstetri dan ginekologi. Selain itu, sebanyak 87 dokter menerima pengakuan lanjutan sebagai Konsultan (K), menandai peningkatan kompetensi mereka dalam bidang subspesialis.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr. dr. Slamet Budiarto, SH, MH.Kes, hadir dalam seremoni tersebut dan memberikan pesan kepada para peserta mengenai pentingnya menjalankan amanah profesi dengan tanggung jawab tinggi. Ia menekankan bahwa menjadi bagian dari organisasi profesi adalah untuk mengurus, bukan meminta diurus.
Baca Juga : Tersisa Kuota 1.838 Jemaah, Pelunasan Biaya Haji Khusus Diperpanjang Hingga 21 Februari 2025
Sementara itu, Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG, MPH, Subsp. FER, FRANZCOG (Hons), FICRM, dalam sambutannya menyatakan bahwa penghargaan kepada Dr. Wahdi merupakan bukti bahwa kontribusi seorang dokter tidak berhenti pada pelayanan klinis semata.
Inovasi yang berakar dari kepedulian sosial dan berbasis bukti ilmiah menjadi salah satu kunci kemajuan sistem kesehatan nasional. Ia menambahkan bahwa pendekatan kolaboratif yang dilakukan Wahdi melalui Jama Pai mencerminkan arah baru dalam pelayanan maternal yang lebih menyeluruh dan berdampak luas.
Selain penghargaan individu, tim KOGI Lampung juga mendapatkan apresiasi melalui penghargaan Pakias Awards 2025. Penghargaan ini diberikan atas keberhasilan mereka dalam mengimplementasikan Jama Pai dan sistem MEWS modifikasi Wahdi di berbagai fasilitas kesehatan secara konsisten.
Baca Juga : Pelantikan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Masa Bakti 2025-2026Kata Kunci : Dr. Wahdi, yang merupakan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), mengembangkan Jama Pai sebagai bentuk pendekatan kolaboratif dalam menekan angka kematian ibu



