Transkriptomik mRNA menurut kamus ilmuwan biomolekuler merupakan “panduan instruksi” semacam “kamus” genom. Disini dipelajari jumlah dan bentu dari mRNA yang menentukan ekspresi gen yang digunakan di dalam sel. Selama puluhan tahun, masalah transkriptomik awal saat menganalisis setidaknya ribuan sel sekaligus, bahkan jutaan. Namun dengan kemajuan tehnologi dari para ahli fisika, menghapus
semua detail perubahan mRNA yang bersifat sementara atau terlalu terlokalisasi, sehingga mampu kemungkinan menganalisis RNA sel tunggal, dan menjadi revolusi pemahaman dunia kedokteran tentang kanker. Dengan ini, kita dapat memahami dengan tepat gen mana yang bertanggung jawab atas kanker dan subtipe sel mana yang menyebabkannya.
Ilmu Biologi spasial saat ini mampu menganalisis sel tunggal dan bagaimana sel dan RNA atau protein yang berbeda berinteraksi satu sama lain, bahkan secara real-time jika diperlukan. Hal ini membuka bidang penelitian ilmiah yang benar-benar baru.
Bahkan ilmu Mikrobiomik yang baru segelintir ilmuwan kedokteran Indonesia mempelajari, kini telah mempelajari penggunaan bakteri di usus atau kulit kita untuk metode terapi baru. Misalnya, gangguan spektrum autisme baru-baru ini dikaitkan dengan mikrobioma usus. Yang berkorelasi dengan “penelitian menunjukkan manfaat jangka panjang pada gejala autisme dan mikrobiota usus melalui terapi transfer mikrobiota", jadi kotoran manusia lain disekitarnya yang kuat di ektraksi dan diambil bakterinya untuk dimakan pasien autis. Sebenarnya menjadi sangat lucu ketika manusia rupanya memang harus terus belajar ilmu digital sang pencipta.
DIbidang Epigenomik juga telah dipelajari para ilmuwan bakal menjadi langkah berikutnya dalam terapi presisi, misalnya dengan kemungkinan menyempurnakan ekspresi gen sel kanker. Peremajaan epigenetik” telah dipergunakan untuk membalikkan penuaan, karena kita mengetahui bahwa penuaan merupakan bagian dari kehidupan dan ilmu tentang anti penuaan menjadi bias diterangkan dengan mudah, dengan penemuan berbagai cara kerja omic.
Di Indonesia revolusi bidang digitalisasi Omik belum berlangung dan pemilihan kata yang tepat didunia kesehatan dan kedokteran negara ini lebih suka memakai kata tranformasi dibidang biomolekular.
Ilmuwan Indonesia banyak yang belajar secara praktis dan memakai data yang melimpah yang bias diunduh baik gratis maupun berbayar kemudian melakukan penelitian serupa dan banyak yang langsung mengaplikasikan ke pasien, bahkan berbayar, dan memang tranformasi ini yang perlu dicermati versus aspek medikolegal. Kementrian kesehatan memang mempunyai tugas yang berat untuk mentranformasi semua hal dibidang kesehatan, tidak melulu mengurusi hal yang bersinggungan dengan liberalisasi dan industrialisasi kesehatan, namun harus mendorong da juga mengantisipasi semua paparan akibat industry
4.0 dibidang kesehatan termasuk dibidang Biologi Molekuler. Bagaimanapun digitalisasi dan tehnnologi lebih cepat daripada regulasi, sementara regulasi perlu di update dan diamandemen sesuai perubahan dan kebutuhan ilmu pengetahuan dan jaman. (*)
* Ketua Perhimpunan Kedokteran Digital Indonesia, Ahli Bedah, Ahli Biomedis
Baca Juga : RSI Sultan Agung dan Predigti Berkolaborasi Kembangkan Platform E-Learning untuk Tenaga KesehatanKata Kunci : Paparan Digital Revolusi Genomik di Indonesia menurut pandangan Ketua Umum Perhimpunan kedokteran Digital Indonesia (PKDI), Dr. H. Agus Ujianto, M.S.Med., Sp.B.